Perkembangan teknologi semakin hari semakin canggih.
Dahulu orang Untuk berkomunikasi sangat susah, tetapi dengan perkembangaan
jaman semuanya itu sudah semakin mudah. Khususnya cara untuk menampilkan gambar,dahulu
hanya bisa diputar secara manual, gambar tidak bisa dilihat secara jelas karena
terlalu kecil sehingga orang tidak bisa berkonsentrasi dengan baik.
Maka sebab
itu msnusia semakin hari semakin berusaha untuk menemukan alat yang bisa
menampilkan gambar dengan mudah,besar dan jelas. Maka ditemukanlah proyektor.
Proyektor adalah sebuah alat yang dapat menampilkan gambar disebuah layer
proyeksi atau permukaan datar. Proyektor yag semakin hari semakin berkembang
yang dari OHP( over head projector ) menjadi DLP ( digital light processing )
dengan kemampuan yang cuku tinggi untuk menampilkan gambar. Berikut akan kita
bahas lebih dalam tentang proyektor dengan kemamouan yang lebih maju ini.
2. RUMUSAN MASALAH
Proyektor bukan alat yang asing bagi kita, hanya
saja orang mengira, bahwa alat yang dapat menampikan gambar disebut dengan
proyektor dengan jenis yang sama padahal semua itu berbeda sesuai dengan tingkat
kecanggihannya. Proyektor digital merupakan suatu teknologi proyektor tetapi
kita harus mengetahui sejauh mana penegetahuan kita tentang proyektor khususnya
proyektor digital ini.
3. MANFAAT MAKALAH
•
supaya mengetahui apa itu proyektor
•
penegetahuan lebih lanjut tentang proyektor digital
•
mengetahui perbedaan setiap proyektor
•
mengetahui fungsi dari proyektor itu sendiri
Masih ingat masa-masa jayanya over head projector,
yang lebih beken disebut OHP? Pada masa itu, ketika orang menyebut presentasi,
terlintas di benak kita suatu perangkat bertubuh tambun, yang di bagian atasnya
terbuat dari kaca tebal tembus pandang dan di bawah kaca tersebut terdapat
lampu yang menyorot terang menyinari slide atau transparansi berisi materi
presentasi. Di atasnya, menggantung kokoh sebuah lensa prisma, yang siap
memantulkan dan memperbesar bayangan dari slide presentasi ke tembok ataupun
layar.
Rumit? Ah, itu sih belum seberapa jika dibandingkan
dengan persiapan materi presentasi itu sendiri. Bayangkan saja, sebelum
presentasi, Anda harus mempersiapkan berlembar-lembar transparan, dan Anda
harus menuliskan sendiri materi presentasi di atas lembaran transparansi
tersebut. Beruntung jika Anda atau sekretaris Anda memiliki tulisan tangan yang
bagus. Anda tentunya tidak ingin presentasi Anda ditampilkan dengan tulisan
cakar ayam.
Kalau Anda menginginkan tampilan presentasi yang rapi
dan atraktif, dan dengan sedikit tambahan biaya, Anda bisa mengetikkan bahan
presentasi dengan word processor, mencetak, dan memfotokopikannya ke atas
kertas transparan untuk tampilan yang lebih atraktif.
Toh, ujung-ujungnya perangkat presentasilah menentukan
tampilan presentasi Anda. Sudah barang tentu Anda tidak ingin presentasi yang
sudah Anda siapkan matang-matang menjadi buyar hanya gara-gara perangkat
presentasi tidak bekerja sesuai harapan Anda.
PerangkatPresentasi
Ada berbagai jenis perangkat presentasi yang kini
beredar di pasaran. Mulai dari OHP, sampai saudara kandung OHP berteknologi lebih
canggih, misalnya visualizer, atau proyektor video, mulai dari yang
berteknologi tabung (CRT – Cathode Ray Tube) maupun solid state (LCD, 3LCD,
DLP, 3DLP, D-ILA, dan LCOS).
Meski kini jarang terlihat, toh OHP masih bisa
dibilang memiliki keunggulan, seperti materi presentasi bisa Anda ubah saat itu
juga. Atau, bilamana ada masukkan dari audiens, Anda bisa langsung
mencantumkannya ke bahan presentasi Anda. Hanya sayangnya, OHP masih memerlukan
medium berupa kertas transparan, yang belum tentu bisa menyajikan tampilan
visual yang bisa memukau audiens Anda.
Ada kalanya Anda ingin menampilkan bahan-bahan
presentasi dengan mengutip dari sebuah text book, atau dari dokumen-dokumen
lama milik Anda, yang tidak sempat Anda pindahkan ke transparan. Atau, Anda
seorang dosen elektronika dan ingin menampilkan suatu obyek tiga dimensi,
misalnya sebuah printed circuit board (PCB) ke hadapan mahasiswa Anda, namun
Anda tidak sempat memotretnya.
Jelas, OHP tidak mungkin melakukan itu semua.
Kemudian, muncul perangkat presentasi yang disebut visualizer, atau lebih
lengkapnya video visualizer document camera. Perangkat presentasi, yang
sebenarnya lebih mirip dengan perangkat imaging capture ini tidak hanya mampu
menampilkan transparansi, tetapi juga dokumen-dokumen kertas, obyek-obyek 3D,
atau film negatif maupun positif sekalipun. Untuk output-nya, visualizer mampu
menampilkan bahan presentasi ke monitor video atau proyektor. Bahkan, untuk
beberapa tipe visualizer dari pabrikan tertentu, fungsi-fungsi dari visualizer
dan proyektor digabung dalam satu perangkat. Sayangnya, visualizer merupakan
perangkat statis, tidak portable, sehingga tidak mudah dibawa ke mana-mana.
Jika Anda seorang mobile warrior atau mobile
presenter, dan menempatkan tampilan visual yang memukau lebih penting,
multimedia projector mungkin menjadi pilihan utama Anda. Dulu, mungkin Anda
sudah akrab dengan proyektor CRT, sebuah perangkat proyektor bertubuh tambun
berteknologi tabung, lengkap dengan tiga lensa di depannya. Sudah barang tentu
perangkat semacam itu tidak mudah untuk dibawa-bawa, karena beratnya saja bisa
mencapai 75 kilogram! Biasanya, penempatan proyektor CRT bersifat permanen,
misalnya di ruang-ruang kelas, auditorium maupun di ruang bioskop pribadi.
Namun, perkembangan teknologi, terutama teknologi
digital yang terus meningkat, proyektor pun mengalami sentuhan digital. Kini,
hampir sebagian besar pasar proyektor dikuasai oleh proyektor digital. Mulai
dari yang berteknologi LCD (Liquid Crystal Display), DLP (Digital Light
Processing), sampai teknologi terbaru yang kini tengah beranjak populer, LCOS
(Liquid Crystal on Single Crystal Silicon). Tidak heran, karena proyektor
digital ini memang bobotnya relatif ringan, dan harganya pun relatif jauh di
bawah proyektor CRT, yakni antara 15.000 sampai 30.000 dolar.
Karakteristik proyektor
Masing-masing teknologi proyektor memiliki kelebihan
dan kekurangannya. Namun, secara umum, kualitas gambar yang diproyeksikan,
apapun teknologinya, sangat tergantung pada karakteristik resolusi, kecerahan,
warna dan contrast ratio-nya (lihat artikel “Tips Memilih Proyektor untuk
Presentasi Bisnis”)
Resolusi. Resolusi adalah jumlah pixel yang dapat
dihasilkan, yang diekspresikan sebagai resolusi pixel horizontal dan vertikal.
Resolusi “sesungguhnya” dari sebuah proyektor adalah jumlah pixel maksimum yang
dapat diproyeksikannya. Semakin tinggi tingkat resolusinya, semakin tinggi
detil gambar yang dapat ditampilkannya (lihat Tabel 1). Berbicara mengenai tren
resolusi proyektor, sebagian besar kini mulai beralih ke resolusi XGA
(1024×768).
Kecerahan. Tingkat kecerahan (brightness) adalah
ukuran luminansi (atau cahaya yang diterima) yang biasanya diukur dalam satuan
ANSI (American National Standard Institute) lumens. Semua proyektor menggunakan
sebuah lampu untuk menciptakan cahaya proyeksi. Keefisienan desain proyektor
sangat menentukan seberapa besar brightness loss secara internal.
Sebuah proyektor berlumens tinggi umumnya berharga
lebih tinggi dibandingkan yang berlumens rendah. Ukuran lumens ini juga sangat
tergantung pada kebutuhan, misalnya. tingkat kecerahan cahaya di dalam suatu
ruang
Warna. Warna adalah ukuran dari corak dan saturasi
cahaya. Sebuah proyektor yang baik harus mampu mereproduksi secara akurat
warna-warna yang dikirim dari sumber. Sebuah proyektor mencampurkan warna-warna
merah, hijau dan biru (atau cyan, magenta, kuning, dan hitam dalam kasus skema
warna CMYK) untuk mereproduksi warna-warna lainnya.
Contrast Ratio. Contrast ratio adalah ukuran
perbandingan antara warna hitam dan putih. Tingkat contrast ratio yang tinggi
merupakan indikasi mengenai seberapa baik suatu gambar bisa tampil baik di
layar proyeksi, khususnya dalam hal kehalusan detil warna. Biasanya diukur
dengan dua metoda, Full On/Off dan ANSI. Jadi, bila Anda hendak membandingkan contrast
ratio dua buah proyektor, pastikan keduanya menggunakan metoda yang sama.
Umumnya, metoda Full On/Off memberikan nilai contrast ratio yang lebih tinggi
dibandingkan ANSI.
Sesuai kebutuhan
Di pasaran kini banyak dijumpai berbagai jenis
proyektor digital dengan berbagai jenis teknologi dan karakteristik yang sangat
bervariasi. Namun, untuk presentasi, orang kini cenderung memilih proyektor
digital, karena selain kualitasnya mampu menampilkan gambar yang baik, bobotnya
pun ringan, sehingga mudah dibawa.
Tidak seperti proyektor CRT yang membutuhkan teknisi
trampil untuk men-setting-nya, proyektor digital relatif sangat mudah
dioperasikan. Harganya (meski dirasakan masih tinggi untuk ukuran kantong),
tetapi masih jauh di bawah proyektor CRT. Bila Anda tetap memutuskan untuk
menggunakan OHP, itu sah-sah saja, karena ujung-ujungnya toh tingkat kebutuhan
dan kemampuan fulus Anda juga yang akan berbicara.• Arief
Proyektor Digital
PROYEKTOR, sering juga disebut dengan LCD saja oleh
teman-teman saya. Sebenarnya saya sangat tidak setuju dengan istilah ini,
karena jelas-jelas istilah ini tidak merujuk pada alat yang “tepat”. LCD
(Liquid Crystal Display) merupakan sebuah teknologi yang umum digunakan pada
proyektor digital. Teknologi selain LCD diantaranya adalah DLP (Digital Light
Processing).
PROYEKTOR LCD bekerja berdasarkan prinsip pembiasan
cahaya yang dihasilkan oleh panel-panel LCD. Panel ini dibuat terpisah
berdasarkan warna-warna dasar, merah, hijau dan biru (R-G-B). Sehingga terdapat
tiga panel LCD dalam sebuah proyektor. Warna gambar yang dikeluarkan oleh
proyektor merupakan hasil pembiasan dari panel-panel LCD tersebut yang telah
disatukan oleh sebuah prisma khusus. Gambar yang telah disatukan tersebut
kemudian dilewatkan melalui lensa dan di”jatuh”kan pada layar sehingga dapat
dilihat sebagai gambar utuh. Gambar yang dihasilkan proyektor LCD memiliki
kedalaman warna yang baik karena warna yang dihasilkan olah panel LCD langsung
dibiaskan lensa ke layar. Selain itu gambar pada proyektor LCD juga lebih tajam
dibandingkan dengan hasil gambar proyektor DLP. Kelebihan lain dari LCD adalah
penggunaan cahaya yang lebih efisien sehingga dapat memproduksi “ansi lumens”
yang lebih tinggi dibandingkan proyektor dengan teknologi DLP. Sedangkan
kelemahan teknologi LCD adalah besar piksel yang terlihat jelas di gambar. Ini
yang menyebabkan teknologi LCd kurang cocok untuk memutar film karena akan
terasa seperti melihat film dari balik mata yang terhalang “selaput katarak”.
PROYEKTOR DLP memiliki cara kerja yang sangat berbeda
dengan LCD. Salah satu perbedaan DLP adalah adanya chip DLP (disebut juga DMD –
Digital Micro Device). Pada chip DLP ini terdapat cermin-cermin yang berukuran
mikro (sepersejuta) yang terbuat dari alumunium dan berfungsi untuk mematulkan
cahaya untuk memberntuk citra. Cermin-cermin ini dapat bergerak membelokkan
cahaya sampai 5000 kali per detik. Perbedaan lain juga terdapat pada cara DLP
memberi warna pada cahaya yang lewat lampu proyektor. Cermin mikro pada chip
DLP tidak memiliki warna yang spesifik untuk memberi warna pada gamba. Sehingga
diperlukan filter warna (berupa lingkaran yang berisi warna-warna dasar merah,
hijau dan biru) yang berputar dengan ritme tertentu dan tersinkronisasi dengan
pergerakan cermin mikro. Cahaya yang tidak dipakai pada gambar akhir akan
dibelokkan keluar dari jalur bias oleh cermin mikro. Proyektor hi-end ada yang
membenamkan 3 chip DLP dalam perangkatnya. Tiap chip menangani warna dasar yang
berbeda. Sehingga biasanya memiliki harga yang mahal (sekitar US$10.000-an
keatas). Keunggulan teknologi DLP terdapat pada ringkasnya ruang cahaya yang
diperlukan. Hal ini tentu mempengaruhi ukuran “bodi” proyektor. Selain itu,
kontras warna yang dihasilkan proyektor DLP sangat baik dengan kualitas warna
hitam yang lebih baik. Piksel yang terlihat pada gambar yang dihasilkan oleh
proyektor LCD juga dapat diminimalisir dengan baik oleh teknologi DLP.
Sedangkan kelemahan DLP terdapat pada lingkaran warna yang merupakan salah satu
komponen pentingnya. Pada beberapa kasus, lingkaran warna ini dapat
menghasilkan “efek pelangi”. Yaitu munculnya warna asing di luar 3 warna primer
yang ada akibat kesalahan perputaran lingkaran warna.
Links jenis proyektor digital lainnya:
• Proyektor CRT
• Proyektor LCoS
Proyektor LCD pada dasarnya menggunakan mekanisme
kerja dengan memancarkan sinar bertenaga besar menembus chip LCD transparan
yang terbentuk dari pixel tersendiri (dimana pixel ini menampilkan gambar video
yang bergerak) dan juga memproyeksikan melalui lensa ke layar besar.
Sinar yang bertenaga besar ini dikenal sebagai Metal
Halide Lamps. Sinar lampu ini digunakan dalam proyektor LCD karena mempunyai
temperatur warna yang cocok dan spektrum warna yang luas. Bukan hanya itu,
lampu ini juga mampu menghadirkan pancaran sinar cahaya yang begitu banyak,
dengan pancaran sinar yang fokus.
Dengan kata lain proyektor LCD juga dapat diartikan
sebagai proyektor yang menggunakan teknologi LCD. Proyektor LCD adalah salah
satu teknologi proyektoryang berkategori modern, selain dari DLP (Digital Light
Processing) dan LCOS (Liquid Crystal On Silicon). Dalam kesehariannya proyektor
LCD lebih sering digunakan sebagai penampung dari berbagai tipe proyektor
komputer, dengan tanpa mempedulikan berbagai teknologi yang digunakan.
Perkembangan kehadiran tekhnologi proyektor LCD
Pada awalnya kehadiran tekhnologi LCD digunakan
sebagai aplikasi tambahan yang dipadukan dengan proyektor. Sistem LCD ini tidak
dilengkapi dengan kemampuan untuk menghadirkan sumber cahaya secara mandiri,
terbuat berupa piringan besar dan terletak di atas proyektor yang menempati
ruangan transparan.
Namun lambat laun sistematis dari LCD ini berubah
menjadi lebih mandiri, seiring dengan kemunduran komputer sebagai media
proyeksi. Media proyeksi menjadi luas dan tidak terpaku lagi pada penggunaan
komputer.
Tekhnologi dari proyektor berbasis sistem LCD terus
berkembang dengan pesat, terlebih belakangan ini penggunaan proyektor sebagai
media hiburan semakin digemari. Dunia hiburan menjadi semakin semarak dengan
kehadiran tekhnologi LCD yang mampu menghadirkan sensasi warna yang
menggairahkan dari pada tekhnologi lainnya.
Perkembangan terbaru dari teknologi proyektor LCD
adalah LG 100 inch LCD TV, dimana konsep yang dikembangkan berasal dari tekhnologi
proyektor LCD. Sedangkan untuk perkembangan terakhir tekhnologi proyektor LCD
yang dilansir oleh beberapa pihak adalah penggunaan oleh para penghobi untuk
sistem proyek Do It Yourself mereka. Dasar tekhnik yang mereka gunakan
adalah mengkombinasikan high CRI HID lamp dengan ballast condenser dan
collector freshnel (sebuah penemuan lensa yang berbeda dari pada lensa
konvensional).
Kelebihan mekanisme proyeksi dari LCD
Mekanisme yang jelas terjadi pada proyektor LCD pada
dasarnya merupakan peranan mayoritas dari pancaran Metal Halide Lamp yang
begitu signifikan. Pancaran sinar ini mampu memproyeksikan aneka gambar ke
berbagai permukaan rata yang diinginkan.
Terlebih karena jasa dari Metal Halide Lamp, proyektor
jenis ini mampu menempatkan penampilan proyektor LCD menjadi lebih mudah dibawa
atau lebih portable dari pada tekhnologi proyeksi lainnya.
Penting untuk dipahami proyektor akan lebih sempurna
menampilkan kualitas gambar terbaik dengan menggunakan alas tampilan berwarna
putih atau permukaan yang berkarakter warna abu–abu. Warna putih lebih cocok
untuk menampilkan warna yang bersifat natural. Sedangkan warna dasar permukaan
berkarakter abu–abu lebih sering digunakan para presenter, untuk mengakomodasi
ketajaman warna yang diperlukan. Hal ini sesuai dengan kemampuan LCD yang
begitu signifikan dalam menampilkan warna.
Kelebihan yang nyata dari proyektor LCD adalah
penggunaan kapasitas tenaga listrik yang lebih hemat dari pada proyektor
lainnya. Terlebih lagi bila dibandingkan dari segi harganya, maka proyektor ini
lebih unggul karena harga yang lebih murah dan bersaing dari pada proyektor
lainnya.
Beberapa keterbatasan dari proyektor LCD
Meskipun apa yang coba dihadirkan oleh proyektor LCD
mempunyai banyak kelebihan, akan tetapi ada beberapa keterbatasan yang
mengurangi peforma dari proyektor LCD. Diantara beberapa keterbatasan ini,
umumnya merupakan tampilan proyektor LCD yang memerlukan sedikit penyempurnaan.
Namun begitu, keterbatasan yang coba dikemukakan
disini tidaklah bermaksud menjustifikasi bahwa keterbatasan ini tidak mampu
disempurnakan oleh tekhnologiproyektor LCD dikemudian hari. Beberaoa
keterbatasan tersebut diantaranya adalah:
Keterbatasan yang sering kali nampak dari proyektor
LCD adalah apa yang dinamakan “the screen door effect”. Dikarenakan apa yang
ditampilkan dari mekanisme LCD merupakan individual pixels, maka akan ada
kemungkinan pixels tersebut nampak pada layar besar melalui apa yang disebut
“screen door”.
Tipe proyektor business LCD tidak mampu memberikan
peforma yang cukup, bila digunakan sebagai setingan home theater. Gambaran yang
ditampilkan terlihat kasar dengan struktur keterangan dan kekontrasan yang
tidak seimbang.
Kendala utama dari proyektor LCD adalah masalah titik hitam
atau putih yang hadir pada tampilan gambar. Dikarenakan chip LCD berbasis
individual pixels, maka tampilan titik yang terbakar akan nampak pada layar
tampilan. Masalah ini menjadi problematika tersendiri dikarenakan individual
pixels tidak dapat digantikan secara terpisah, dimana bila ingin memperbaikinya
diharuskan mengganti keseluruhan chip.
Disebabkan chip LCD mempunyai kapasitas pixels yang
terbatas, sinyal resolusi yang masuk haruslah diskalakan agar sesuai dengan
kapasitas pixels yang tersedia didalam chipspixels untuk dapat memberikan
tampilan. Sedangkan chips yang ada hanya menyediakan kapasitas sebesar
1024×768, sehingga HDTV asal harus diskalakan kepada 1024×768 kapasitas pixels.
Disinilah keterbatasan dariproyektor LCD, semakin dibenamkan oleh kemampuan CRT
yang lebih tidak tergantung akan resolusi yang ada. LCD. Dimana sebagai contoh,
HDTV memasukan format 1080i dengan kebutuhan tampilan bawaan sebesar 1920×1080)
Seberapa besar peran yang dulu dipegang OHP kini
digantikan oleh proyektor digital canggih? Akankah OHP ditinggalkan para
pemakainya?
Masih ingat masa-masa jayanya over head projector,
yang lebih beken disebut OHP? Pada masa itu, ketika orang menyebut presentasi,
terlintas di benak kita suatu perangkat bertubuh tambun, yang di bagian atasnya
terbuat dari kaca tebal tembus pandang dan di bawah kaca tersebut terdapat
lampu yang menyorot terang menyinari slide atau transparansi berisi materi
presentasi. Di atasnya, menggantung kokoh sebuah lensa prisma, yang siap
memantulkan dan memperbesar bayangan dari slide presentasi ke tembok ataupun
layar.
Rumit? Ah, itu sih belum seberapa jika dibandingkan
dengan persiapan materi presentasi itu sendiri. Bayangkan saja, sebelum
presentasi, Anda harus mempersiapkan berlembar-lembar transparan, dan Anda
harus menuliskan sendiri materi presentasi di atas lembaran transparansi
tersebut. Beruntung jika Anda atau sekretaris Anda memiliki tulisan tangan yang
bagus. Anda tentunya tidak ingin presentasi Anda ditampilkan dengan tulisan
cakar ayam, bukan?
Kalau Anda menginginkan tampilan presentasi yang rapi
dan atraktif, dan dengan sedikit tambahan biaya, Anda bisa mengetikkan bahan
presentasi dengan word processor, mencetak, dan memfotokopikannya ke atas
kertas transparan untuk tampilan yang lebih atraktif.
Toh, ujung-ujungnya perangkat presentasilah menentukan
tampilan presentasi Anda. Sudah barang tentu Anda tidak ingin presentasi yang
sudah Anda siapkan matang-matang menjadi buyar hanya gara-gara perangkat
presentasi tidak bekerja sesuai harapan Anda.
Perangkat Presentasi
Ada berbagai jenis perangkat presentasi yang kini
beredar di pasaran. Mulai dari OHP, sampai saudara kandung OHP berteknologi
lebih canggih, misalnya visualizer, atau proyektor video, mulai dari yang
berteknologi tabung (CRT – Cathode Ray Tube) maupun solid state (LCD, DLP,
D-ILA, dan LCOS).
Meski kini jarang terlihat, toh OHP masih bisa
dibilang memiliki keunggulan, seperti materi presentasi bisa Anda ubah saat itu
juga. Atau, bilamana ada masukkan dari audiens, Anda bisa langsung
mencantumkannya ke bahan presentasi Anda. Hanya sayangnya, OHP masih memerlukan
medium berupa kertas transparan, yang belum tentu bisa menyajikan tampilan
visual yang bisa memukau audiens Anda.
Ada kalanya Anda ingin menampilkan bahan-bahan presentasi
dengan mengutip dari sebuah text book, atau dari dokumen-dokumen lama milik
Anda, yang tidak sempat Anda pindahkan ke transparan. Atau, Anda seorang dosen
elektronika dan ingin menampilkan suatu obyek tiga dimensi, misalnya sebuah
printed circuit board (PCB) ke hadapan mahasiswa Anda, namun Anda tidak sempat
memotretnya.
Jelas, OHP tidak mungkin melakukan itu semua.
Kemudian, muncul perangkat presentasi yang disebut visualizer, atau lebih
lengkapnya video visualizer document camera. Perangkat presentasi, yang
sebenarnya lebih mirip dengan perangkat imaging capture ini tidak hanya mampu
menampilkan transparansi, tetapi juga dokumen-dokumen kertas, obyek-obyek 3D,
atau film negatif maupun positif sekalipun. Untuk output-nya, visualizer mampu
menampilkan bahan presentasi ke monitor video atau proyektor. Bahkan, untuk
beberapa tipe visualizer dari pabrikan tertentu, fungsi-fungsi dari visualizer
dan proyektor digabung dalam satu perangkat. Sayangnya, visualizer merupakan
perangkat statis, tidak portable, sehingga tidak mudah dibawa ke mana- mana.
Jika Anda seorang mobile warrior atau mobile
presenter, dan menempatkan tampilan visual yang memukau lebih penting,
multimedia projector mungkin menjadi pilihan utama Anda. Dulu, mungkin Anda
sudah akrab dengan proyektor CRT, sebuah perangkat proyektor bertubuh tambun
berteknologi tabung, lengkap dengan tiga lensa di depannya. Sudah barang tentu
perangkat semacam itu tidak mudah untuk dibawa-bawa, karena beratnya saja bisa
mencapai 75 kilogram! Biasanya, penempatan proyektor CRT bersifat permanen,
misalnya di ruang-ruang kelas, auditorium maupun di ruang bioskop pribadi.
Namun, perkembangan teknologi, terutama teknologi
digital yang terus meningkat, proyektor pun mengalami sentuhan digital. Kini,
hampir sebagian besar pasar proyektor dikuasai oleh proyektor digital. Mulai
dari yang berteknologi LCD (Liquid Crystal Display), DLP (Digital Light
Processing), sampai teknologi terbaru yang kini tengah beranjak populer, LCOS
(Liquid Crystal on Single Crystal Silicon). Tidak heran, karena proyektor
digital ini memang bobotnya relatif ringan, dan harganya pun relatif jauh di
bawah proyektor CRT, yakni antara 15.000 sampai 30.000 dolar.
Epson berhasil mengembangkan proyektor super kecil,
seukuran kartu pos dan menggunakan sumber cahaya dari light emitting diode
(LED). Berukuran 13,8 kali 10,3 centimeter atau lebih kecil dari ukuran kertas
A6 dan relatif tipis, proyektor super kecil seberat 500 gram ini nyaman diletakkan
di atas permukaan tangan Anda.
Selain bentuk yang praktis, sumber cahaya dari LED
memiliki kelebihan dibandingkan lampu konvensional. LED menghasilkan persiapan
proyeksi cahaya yang singkat, umur yang lebih tahan lama, dan dapat segera
dimatikan jika tidak diperlukan lagi. Penggunaan LED sebagai sumber cahaya
memang baru digunakan untuk pertama kalinya dalam produk 3LCD ini.
Proyektor yang menggunakan teknologi 3LCD memiliki
kelebihan dalam pencahayaan dan gambar yang alami sehingga lebih nyaman dilihat.
Ini adalah terobosan terbaru dari serangkaian teknologi yang ditanam pada
proyektor Epson. Sejak awal Epson menawarkan fitur berbeda dan teknologi yang
memberikan nilai tambah produk proyektornya. Epson mengembangkan pula teknologi
Crystal Clear Fine (C2 Fine) yang mengubah rasio ketajaman, definisi, dan
kualitas gambar sehingga gambar yang diproyeksikan lebih realistis.
Home-based entertainment
Salah satu elemen yang ikut menentukan kemajuan
home-based entertainment ini adalah teknologi tampilan (display) yang tidak
pernah berhenti berevolusi. Dalam beberapa tahun terakhir ini kita melihat
terobosan penting dalam teknologi proyeksi, termasuk juga teknologi monitor
bagi komputer desktop.
Sejauh ini kita menganggap bahwa resolusi 1024 x 768
sudah mampu mewakili kebutuhan kita, baik untuk digunakan memainkan digital
game di komputer maupun melihat film DVD. Namun, tetap saja ada yang merasa
tidak puas dengan resolusi yang selama ini ditawarkan kepada konsumen.
Secara lahiriah, kita mempunya inklinasi untuk
menyaksikan imej dalam ukuran besar. Orang-orang suka untuk memerhatikan gambar
dan imej yang ada di sekitarnya. Para pemain setia PlayStation 2 atau Xbox
buatan Microsoft selalu menginginkan untuk melihat sebuah sistem yang mendekati
kenyataan (virtual reality).
Sedangkan para penggemar film-film layar lebar selalu
bermimpi bisa menghadirkan sinema digital di rumah mereka. Bagi mereka, dan
suatu saat juga buat kita, monitor tradisional yang selama ini digunakan akan
menjadi tidak berharga lagi.
Sekarang ini tenaga komputasi serta tayangan layar
lebar sudah tersedia dengan harga yang terjangkau, menjadikan impian ini
sebagai sebuah kenyataan. Dan dunia visualisasi digital pun menjadi sebuah
cakrawala baru dalam konvergensi teknologi komunikasi informasi.
Karakteristik proyektor
Masing-masing teknologi proyektor memiliki kelebihan
dan kekurangannya. Namun, secara umum, kualitas gambar yang diproyeksikan,
apapun teknologinya, sangat tergantung pada karakteristik resolusi, kecerahan,
warna dan contrast ratio-nya.
Resolusi adalah jumlah pixel yang dapat dihasilkan,
yang diekspresikan sebagai resolusi pixel horizontal dan vertikal. Resolusi
“sesungguhnya” dari sebuah proyektor adalah jumlah pixel maksimum yang dapat
diproyeksikannya. Semakin tinggi tingkat resolusinya, semakin tinggi detil
gambar yang dapat ditampilkannya.
Kecerahan. Tingkat kecerahan (brightness) adalah
ukuran luminansi (atau cahaya yang diterima) yang biasanya diukur dalam satuan
ANSI (American National Standard Institute) lumens. Semua proyektor menggunakan
sebuah lampu untuk menciptakan cahaya proyeksi. Keefisienan desain proyektor
sangat menentukan seberapa besar brightness loss secara internal.
Sebuah proyektor berlumens tinggi umumnya berharga
lebih tinggi dibandingkan yang berlumens rendah. Ukuran lumens ini juga sangat
tergantung pada kebutuhan, misalnya. tingkat kecerahan cahaya di dalam suatu
ruang
Contrast Ratio. Contrast ratio adalah ukuran
perbandingan antara warna hitam dan putih. Tingkat contrast ratio yang tinggi
merupakan indikasi mengenai seberapa baik suatu gambar bisa tampil baik di
layar proyeksi, khususnya dalam hal kehalusan detil warna. Biasanya diukur
dengan dua metoda, Full On/Off dan ANSI. Jadi, bila Anda hendak membandingkan
contrast ratio dua buah proyektor, pastikan keduanya menggunakan metoda yang
sama. Umumnya, metoda Full On/Off memberikan nilai contrast ratio yang lebih
tinggi dibandingkan ANSI.
Sesuai kebutuhan
Di pasaran kini banyak dijumpai berbagai jenis
proyektor digital dengan berbagai jenis teknologi dan karakteristik yang sangat
bervariasi. Namun, untuk presentasi, orang kini cenderung memilih proyektor
digital, karena selain kualitasnya mampu menampilkan gambar yang baik, bobotnya
pun ringan, sehingga mudah dibawa.
Tidak seperti proyektor CRT yang membutuhkan teknisi
trampil untuk men-setting-nya, proyektor digital relatif sangat mudah
dioperasikan. Harganya (meski dirasakan masih tinggi untuk ukuran kantong),
tetapi masih jauh di bawah proyektor CRT. Bila Anda tetap memutuskan untuk
menggunakan OHP?
ipas pendingin saja, alat penampil gambar di dinding
kini semakin penuh fitur pendukung dan mudah untuk digunakan. Bodinya
melangsing, berbeda dan wujudnya sepuluh tahun lalu yang berbobot lebih dari lima
kilogram. Bahkan, sekarang Anda bisa menampilkan presentasi tanpa harus
terhubung ke PC. Data presentasi cukup disimpan di peranti simpan portabel
saja. Selain kedua fitur tadi, masih banyak lagi teknologi baru sebagai fitur
pendukung proyektor. Ada yang terinstal secara built-in, ada pula yang bisa
ditambahkan dengan mencolokkan peranti tambahan. Walau demikian, kualitas
sorotan tetaplah hal utama yang perlu kita pertimbangkan dari sebuah proyektor.
DESAIN Semakin Mungil Sebagal contoh perkembangan desain proyektor, mari tengok
InFocus LP570. Pemroyeksi gambar berteknologi LCD dengan 300 ANSI Lumens, yang
dirilis tahun 1996, ini beratnya 8,6 kilogram. Menentengnya ke tempat
presentasi tentu sangat menyiksa. Bandingkan dengan InFocus keluaran 2005, seri
LP12O. Peranti tenteng mungil ini berkekuatan 1.000 ANSI Lumens, dan hanya
memiliki bobot 0,9 kilogram saja. Berkat perkembangan lensa yang semakin mini
dan penggunaan bahan plastik untuk bodi serta komponennya, badan peranti
menjadi jauh lebih ringan. Proyektor terkini rata-rata ber-bobot 2 — 3
kilogram. Selain keluaran InFocus tadi, yang kurang dari satu kilogram di
antaranya NEC LT2OE dan ASK Proxima M1. Bahkan, Toshiba FF1 hanya berberat
setengah kilogram. Tak hanya itu, proyektor DLP dengan 400 ANSI Lumens mi
memakai baterai sebagai sumber energi. Modis & Simpel Terwujud atau tidak,
prototipe proyektor genggam sudah ada. Bahkan, lebih dan satu prototipe. Salah
satunya adalah hasil pengembangan Upstream Engineering Inc yang berenergi
baterai biasa, dan bisa masuk kantong. Meski perkiraan kekuatan cahayanya masih
rendah, menurut sang pembuat, cukup bagus dalam memproyeksi gambar. Ini jelas
merupakan penanda bahwa wujud proyektor bakal semakin simpel. Lebih dari itu,
desainnya juga bisa kian modis. Jika dahulu pemroyeksi cenderung berbentuk
kotak dan kaku, bahkan ada yang boleh dibilang “tak keruan” (lihat gambar
InFocus LP570), kini proyektor tetap kotak, namun lebih ergonomis.
Sudut-sudutnya melengkung. Ada pula yang bergaya futuristik, seperti Optoma DV-10,
yang berwujud setengah bundar, agak tambun, namun bertampilan menarik. InFocus
pun sebentar lagi menus proyektor khusus untuk home cinema dengan desain
bundar. Berbalut warna hitam, sekilas mirip perlengkapan para kru pesawat luar
angkasa di film tar Trek. PROYEKSI Tingkat Pencahayaan Besaran pencahayaan
atara ANSI Lumens mestinya tetap menjadi pertimbangan utama dalam memilih
proyektor. Maklum, nilainya menentukan seberapa terang sorotan. Proyektor
berkekuatan cahaya kecil bukannya tak bisa tajam atau kurang bagus, namun jenis
ini akan kesulitan memantulkan cahaya di ruangan yang terang, dan mensyaratkan
kamar gelap. Repotnya, jika ruangan gelap, maka peserta presentasi akan
kesulitan membaca dan menulis catatan. Semakin terang ruangan, maka kekuatan cahaya
harus lebih tinggi. Teknologi proyektor terbaru kini rata-rata berkekuatan
lebih dan 5.000 ANSI Lumens. Salah satunya adalah proyektor Epson Powerlite
8300i dengan kemampuan 5.200 ANSI Lumens. Ada pula yang mencapai 12.000 ANSI
Lumens, cocok untuk proyeksi gambar di auditorium dengan cahaya yang terang
sekali pun. Teknologi Proyeksi Proyektor LCD dan DLP Proyektor yang ada di
pasaran saat ini menggunakan dua jenis teknologi: LCD (Liquid Crystal Display)
dan DLP (Digital Light Processing). Keduanya memiliki keunggulan tersendiri.
Yang LCD paling banyak tersedia. Teknologi ini memungkinkan cahaya yang
dihasilkan lebih efisien. Maksudnya, dengan daya listrik yang sama, sorotan
proyektor LCD lebih terang dibanding jenis DLP. Saturasi warna hasilnya pun
lebih baik, begitu pula ketajamannya. Hanya saja, jenis proyektor ini punya
kelemahan, yang disebut ‘chicken wire effect’. Ini adalah efek gambar yang
terlihat terkotak-kotak, akibat pixel yang tidak rapat. Berbeda dengan DLP yang
terlihat halus, karena pixelnya berdekatan. Wujud proyektor LCD umumnya besar.
Selain itu, berisiko terkena penyakit dead pixel atau pixel mati, yang bakal
mengganggu tampilan secara permanen. Proyektor DLP memiliki kontras gambar yang
lebih bagus. Selain itu, umumnya lebih portabel dan ringan. Penyebab proyektor
LCD bertubuh tambun adalah terlalu banyaknya komponen di dalamnya. Jeroannya
terdiri dan tiga panel kaca LCD, yang masing-masing berfungsi untuk menyalurkan
cahaya merah, hijau, dan biru. Ketika cahaya melalui panel LCD, sistem akan
menentukan aktivitas setiap pixel: terbuka atau tertutup. Aktivitas ini akan
memodulasi cahaya dan menghasilkan pantulan gambar. Proyektor LCD teranyar
telah dilengkapi optik khusus untuk memacu kualitas proyeksi, seperti cermin
mikro yang dapat mengurangi efek kotak kotak hasil proyeksi. Rasio kontras
proyektor LCD umumnya 800:1, atau setara dengan 3000:1 rasio kontras di
teknologi DLP. Sistem teknologi DLP berbeda jauh dengan LCD. Teknologi proyeksi
digital ini dikembangkan oleh vendor TI bernama Texas Instruments (www.ti.com).
Sekarang, sistem ini terbagi dua jenis: satu chip dan tiga chip. Yang banyak
beredar di pasaran adalah yang pertama, namun jenis kedua memiliki kualitas
proyeksi yang jauh lebih bagus. Sistem DLP menggunakan semikonduktor bernama
Digital Mirror Device (DMD), yang terdiri dan ribuan cermin mikro di dalamnya.
Cermin-cermin ini akan menarik sumber gambar ke dalam sistem. Di dalam peranti,
obyek tersebut dibuat ulang secara digital, baru kemudian diproyeksikan ke
layar.
Proyektor ViewSonic PJ256D micro-portable DLP™
membantu anda MENDAPATKAN KEKUATAN PRESENTASI DIMANA PUN anda bekerja. Dengan
berat sekitar 1kg, proyektor yang kuat ini mendukung sinyal HD, dan memberikan
Rasio Kontras yang tinggi dan resolusi native 1024×768 untuk gambar sejernih
kristal. Produk ini memberikan presentasi multimedia yang luar biasa dengan
fleksibilitas input PC dan video, pembalikan gambar dan remote kontrol
nirkabel. Lensa zoom dan koreksi keystone vertikal menjamin GAMBAR SEMPURNA
DALAM PENGATURAN APA PUN. Temukan kekuatan presentasi anda dengan PJ256D
mikroportabel yang memberi inspirasi.
DLP™ (Digital Light Processing)
Proyektor DLP™ menggunakan roda warna yang berputar
dengan cepat, yang dibagi menjadi empat bagian warna, Merah, Hijau, Biru dan
Putih untuk membagi sinar putih dari lampu menjadi 3 warna dasar. Lalu lampu
akan disorotkan pada chip DMD (Digital Mirror Device). Chip DMD terdiri dari
banyak kaca mikro yang memantulkan sinar melalui lensa ke layar untuk
menghasilkan gambar akhir. Dengan bantuan roda warna yang berputar cepat, warna
pada layar dicampur dan warna alami muncul.
Sangat Ringan dan Portabel
Sangat ringan dan portabel dengan berat hanya 1kg
dapat masuk ke dalam koper jika anda bepergian.
Lumens Ultra-tinggi
Dengan 1,800 lumens, ini adalah pilihan cemerlang
untuk presentasi profesional.
Resolusi Native XGA
Resolusi native XGA 1024 x 768 dikompres kepada
resolusi SXGA 1280 x 1024.
Koreksi Keystone
Teknik yang digunakan dalam proyektor untuk
meminimalisir efek keystoning yang terlihat. Gambar secara umum berbentuk
trapesium dan koreksi keystone digunakan untuk menjadikan gambar lebih kotak.
Scan Progresif Terintegrasi
Fungsi ini memenuhi persyaratan akan sistem televisi
digital lokal dan program satelit global. Kualitas visual program HDTV yang
super ditampilkan dengan maksimal.
Pull Down 3:2 untuk Kuaitas Layar Film yang Sempurna
Keunggulan ini mengubah sinyal kembali ke format
aslinya, menyajikan kualitas gambar yang halus seperti teater pada hiburan
rumah DVD. Nikmati daya tarik dan keasyikan pengalaman menonton film sebenarnya
dengan kenyamanan ruang keluarga anda.
Koreksi Gamma Digital
Sirkuit koreksi gamma digital 10-bit memungkinkan
ekspresi fine-tunning yang tidak dapat dihasilkan dengan teknologi tradisional.
Mampu menghasilkan perbedaan halus dalam cahaya dan bayangan menjadikan gambar
lebih terasa 3D dan memungkinkan lingkup ekspresi gambar yang kaya.
Mode ECO
Mode ECO memungkinkan pengguna untuk mengoperasikan
proyektor pada dua pengaturan- “normal” untuk kinerja maksimum dan “ECO” untuk
tingkat noise yang rendah ditambah dengan memperpanjang usia lampu.
Deteksi sumber otomatis untuk setup yang mudah
Mengidentifikasi dan memproyeksikan sumber input video
dan RGB secara otomatis. Dengan demikian tidak perlu mengatur jenis sumber
sinyal sebelum melakukan proyeksi.
Remote Kontrol nirkabel penuh-fungsi
Remote Kontrol yang mudah dibawa cocok untuk
presentasi dengan mobilitas tinggi. Ditambah fungsi presentasi yang
terintegrasi memungkinkan fleksibilitas yang tinggi
Pelayanan & Dukungan Terbaik
Di ViewSonic, kami mengabdikan diri untuk kepuasan
pelanggan. Kami berusaha terus menerus untuk memahami keinginan dan kebutuhan
anda, dan memperlakukan anda dengan hormat, penuh kesopanan dan pertimbangan. Untuk
informasi garansi, silahkan hubungi distributor lokal ViewSonic anda atau pusat
servis ViewSonic.
TEMPO Interaktif, Orlando:
Suatu saat nanti, telepon seluler benar-benar menjadi
peranti pembunuh peralatan elektronik. Lihat saja sekarang, selain berfungsi
sebagai alat komunikasi nirkabel, ponsel bisa memutar musik dan video; memotret
dan merekam gambar bergerak; berinternet dan mengirimkan surat elektronik;
serta menayangkan acara televisi. Tak lama lagi, ponsel juga akan menggantikan
proyektor yang bisa dipakai untuk presentasi atau memutar film.
Proyektor itu ukurannya tak lebih besar daripada
meterai sehingga muat masuk di dalam ponsel ukuran standar. Di ajang pameran
industri nirkabel internasional, CTIA Wireless 2007, di Orlando, Florida, yang
dibuka pada Selasa lalu, Texas Instruments (TI) memperlihatkan prototipe Pico,
ponsel berproyektornya.
Pico pertama diperkenalkan TI pada awal tahun ini di
acara Consumer Electronics Show 2007. Kala itu, hanya kalangan terbatas yang
bisa mengamatinya. Prototipe kali ini sudah berwujud produk, meskipun ponselnya
palsu, proyektornya bisa berfungsi. Tak seperti di CES, juru foto diperkenankan
mengambil gambar Pico.
Proyektor terkecil di dunia itu mengandung tiga laser,
sebuah cip digital light processing (DLP), dan pemasok tenaga. Keseluruhan unit
proyektor berukuran panjang hanya 38 milimeter. Dengan proyektor ini, ponsel
bisa memproyeksikan video bermutu DVD ke dinding. Sehingga pengguna ponsel tak
perlu lagi menyaksikan film atau acara TV di layar ponsel yang kecil, tapi bisa
menonton layaknya pada sebuah layar lebar.
Memang, saat ini prototipe baru bisa menayangkan
gambar seukuran kertas A4 (21,59 x 27,94 sentimeter) pada resolusi HVGA (640 x
240) dalam kondisi cahaya yang tidak terlalu terang. Upaya TI ini merupakan
bagian dari menggairahkan kembali pasar TV DLP. Televisi yang memproyeksikan
citra berdasarkan cip DLP (yang memuat jutaan cermin mikroskopis yang bergerak)
sudah ada beberapa tahun. TV ini mengkonsumsi listrik lebih sedikit ketimbang
TV LCD atau plasma.
Sementara itu, proyektor DLP juga telah digunakan di
banyak bioskop. Di Amerika Utara diperkirakan 2.000 bioskop memasang proyektor
DLP. Menurut Senior Vice President DLP TI John Van Scoter, sampai akhir tahun
ini diperkirakan 5.000 bioskop akan memakai proyektor DLP. Kebanyakan cip DLP
dipakai bukan pada TV, melainkan pada proyektor. Sayangnya, TI tak merilis
kapan Pico ini akan diproduksi secara massal dan tersedia di pasar.
Overhead projector dan slide asetat
Alat ini merupakan mesin yang paling umum untuk
mendukung sarana bantu visual untuk perkuliahan dan presentasi. Sarana ini
menggunakan kaca, lampu, dan kaca pembesar untuk memproyeksikan sebuah citra
pada layar atau tembok. Slide yang digunakan untuk membawa citra adalah asetat
yang jelas dan dapat ditulis tangan atau digambar, dicetak dari sebuah
komputer, atau dikopi. Kerugian dari overhead slides adalah bahwa alat ini
mahal untuk membuatnya dan tidak dapat direvisi tanpa membuat sebuah slide yang
baru. Slide dapat lebih orisinal dan secara visual menarik daripada presentasi
PowerPoint. Overhead projectorlebih handal dan umum daripada komputer di
negara-negara yang sedang berkembang serta organisasi-organisasi dengan sumber
daya yang terbatas.
Proyektor data dan komputer dipasang untuk PowerPoint
atau perangkat lunak presentasi lainnya
PowerPoint adalah salah satu program komputer
Microsoft yang dapat mengorganisasikan teks dalam poin-poin dan
ilustrasi-ilustrasi yang singkat untuk mendukung presentasi anda. Keuntungan
dari alat ini adalah mudah dan murah untuk merevisi dibandingkan dengan
overhead slides namun, apabila tidak digunakan dengan baik, alat ini dapat
membosankan secara visual.
Layar proyeksi
Ini merupakan sebuah peralatan yang penting untuk
semua mesin sarana bantu visual yang telah disebutkan di atas. Layar ini dapat
dipasang pada dinding seperti tirai gulungan atau dapat berdiri sendiri.
Meskipun dimungkinkan untuk menggunakan dinding putih yang datar untuk
proyeksi, namun sebuah layar akan menampilkan sebuah citra yang datar dan
jelas.
Alat pemutar kaset video
Ada beberapa cara memutar video dalam sebuah ruang
kelas. Pertama adalah dengan sebuah televisi yang besar dan sebuah alat pemutar
video yang konvensional. Alat ini biasanya memerlukan beberapa pengaturan
kembali dari ruang kelas agar semua peserta dapat melihat dengan baik. Cara
lainnya untuk memutar sebuah video adalah dengan peralatan komputer melalui
sebuah proyektor data.
Alat pemutar DVD
Seperti sebuah pemutar video namun menggunakan teknologi
digital (Digital Versatile Disks) untuk merekam dan memutar film dsb.
0 komentar:
Posting Komentar