"Bahan Diskusi Buku Blue Ocean Strategy“
Oleh Puji Wahono, Dr, MA [1]
(Ruang Sidang FISIP Universitas Jember, 29 Mei 2006)
STRATEGI samudera biru (blue ocean strategy-BOS), menantang perusahaan-perusahaan untuk keluar dari samudera merah persaingan yang berdarah-darah (red ocean) dengan cara menciptakan ruang pasar yang belum ada pesaingnya sehingga kata kompetisi pun tidak relevan. Buku ini tidak hanya menantang perusahaan, tetapi juga menunjukkan kepada mereka cara mewujudkan fokus ini.
Gambar-2
Sebagaimana ditunjukkan oleh gambar di atas, penciptaan
samudera biru adalah persoalan menekan biaya sembari meningkatkan nilai
bagi pembeli. Inovasi nilai tercapai ketika keseluruhan sistem kegiatan
utilitas, harga, dan biaya perusahaan terpadu dengan tepat. Pendekatan
keseluruhan sistem inilah yang menjadikan pernciptaan samudera biru
sebagai sebuah strategi berkesinambungan. Strategi samudera biru ini
mengintegrasikan berbagai kegiatan fungsional dan operasional
perusahaan.
(Ruang Sidang FISIP Universitas Jember, 29 Mei 2006)
“Kami
sangat percaya pada gagasan-gagasan dalam buku ini, yang tidak
ditujukan bagi orang-orang yang ambisi hidupnya hanya untuk bertahan
hidup. Itu bukan minat kami. Jika anda sudah puas dengan sekadar
bertahan hidup, jangan teruskan membaca. Tapi jika ingin membuat
perubahan, menciptakan perusahaan yang membangun sebuah masa depan di
mana pelanggan, karyawan, pemegang saham, dan masyarakat sama-sama
memetik manfaat, teruskan membaca. Kami tidak mengatakan ini perjalanan
mudah, tetapi layak untuk ditempuh”
STRATEGI samudera biru (blue ocean strategy-BOS), menantang perusahaan-perusahaan untuk keluar dari samudera merah persaingan yang berdarah-darah (red ocean) dengan cara menciptakan ruang pasar yang belum ada pesaingnya sehingga kata kompetisi pun tidak relevan. Buku ini tidak hanya menantang perusahaan, tetapi juga menunjukkan kepada mereka cara mewujudkan fokus ini.
Buku yang didasarkan hasil penelitian selama lima
belas tahun ini diwawali oleh ajakan penulis untuk mengenal seperangkat
kerangka dan alat analisis yang cara-cara menghadapi tantangan secara
sistematis, dengan memaparkan prinsip-prinsip yang mencirikan dan
membedakan strategi samudera biru dari strategi yang berbasis kompetisi.
1. Fenomena Cirque du Soleil
Guy Laliberte adalah Chief Executive Officer (CEO) Cirque du Soleil (CdS),
perusahaan eksportir kultural terbesar dari Kanada. Dirinya pernah
menjadi pemain akordion, pemakan api, pemain akrobat. Sedangkan CdS itu
sendiri didirikan pada 1984 oleh sekelompok pementas jalanan.
Karya-karyanya telah disaksikan hampir 40 juta orang di 90 kota seluruh dunia.
Dalam
waktu 20 tahun CdS mampu meraup tingkat pemasukan yang mustahil bagi
Ringling Bros dan Barnum & Baley, keduanya adalah jawara global
dalam industri sirkus mencapainya dalam waktu seratur tahun. Lebih
menakjubkan lagi, pertumbuhan tersebut terjadi dalam industri yang tidak
menarik, karena sedang menurun.
Selain
itu Cirque du Soleil tidak menuai hasil dengan cara mengambil konsumen
dari industri sirkus yang sedang menyusut, yang secara tradisional
membidik anak-anak. Begitu pula ia tidak bersaing dengan Ringling Bros
dan Barnum & Bailey. Salah satu produksi pertama Cirque du Soleil
diberi judul “Kami Mencipta Ulang Sirkus” (We reinvent the Circus).
Kunci
keberhasilannya, adalah kesadarannya bahwa untuk berhasil di masa depan
perusahaan harus berhenti bersaing satu sama lain. Untuk memahami
capaian tersebut kita bayangkan dua samudera, merah dan biru. Samudera
merah, industri atau ruang pasar yang ada saat ini. Samudera biru
menandakan industri yang belum ada saat ini atau ruang pasar yang tidak
dikenal.
Untuk
memahami keberhasilan CdS, bayangkan sebuah pasar yang terdiri dari dua
samudera berikut ini. Pertama samudera merah dan kedua samudera biru,
yang masing-maing memiliki karakteristik yang berbeda.
Gambar-1
Strategi Samudera Merah Versus Strategi Samudera Biru
Strategi Samudera Merah
|
Strategi Samudera Biru
|
Bersaing dalam ruang pasar yang sudah ada
|
Menciptakan ruang pasar yang belum ada pesaingnya
|
Memenangi kompetisi
|
Menjadikan kompetisi tidak relevan
|
Mengeksploitasi permintaan yang ada
|
Menciptakan dan menangkap permintaan baru
|
Membuat pilihan antara nilai – biaya
|
Membongkar pilihan antara nilai-biaya
|
Mengaitkan kegiatan sistem perusahaan secara keseluruhan dengan pilihan strategisnya antara diferensiasi atau biaya rendah
|
Mengaitkan kegiatan sistem perusahaan secara keseluruhan dalam mengejar diferensiasi dan biaya murah
|
Samudera
merah adalah kiasan bagi untuk semua industri yang ada saat sekarang.
Persaingan di sini berlangsung secara ketat, sehingga perusahaan harus
“berdarah-darah” untuk dapat bertahan hidup di tengah persaingan yang
keras tersebut. Di sini perusahaan harus mengalahkan lawannya agar
mendapatkan pangsa permintaan yang lebih besar.
Sebaliknya,
samudera biru kiasan bagi industri-industri yang belum pada saat ini.
Suatu ruang pasar yang tidak atau belum dikenal. Meskipun sejumlah
samudera biru diciptakan benar-benar di luar industri yang telah ada,
tapi kebanyakan diciptakan dari dalam samudera merah dengan cara
memperluas batasan-batasan industri yang sudah ada.
Sayangnya
samudera biru sebagian besar belum terpetakan. Meskipun terdapat
sejumlah pembahasan terhadap samudera biru ini, tetapi panduan tentang
bagaimana menciptakan samudera biru masih sangat langka. Karena itu,
tanpa kerangka kerja yang jelas maka mengelola samudera biru hanya akan
menjadi impian. Bahkan sangat berisiko bagai manajer untuk menjadikannya
sebagi pilihan strateginya.
2. Penciptaan Samudera Biru Secara Berkesinambungan
Istilah
strategi samudera biru memang sesuatu yang baru. Akan tetapi
eksistensinya tidaklah demikian, karena merupakan bagian dari bisnis
pada masa sekarang dan masa silam. Industri muncul kemudian mati dan
digantikan industri batu yang sebelumnya tidak ada, meskipun tidak
jarang masih terkait dengan industri sebelumnya yang telah tidak ada
tersebut.
Sementara
itu pemikiran strategis selama ini lebih terfokus pada strategi
samudera merah yang berbasis kompetisi. Sebagian alasannya, strategi
korporat sangat dipengaruhi oleh akarnya yakni strategi militer, yang
syarat jargon-jargon militer. Karena itu strategi lebih mengenai
bagaimana melawan musuh dan bertempur memperebutkan sebidang tanah yang
luasnya tetap.
Sayangnya
sejarah industri menunjukkan, pasar tidak pernah tetap namun justru
memunculkan samudera-samudera biru secara terus-menerus. Dorongan akan
penciptaan samudera biru itu
sendiri dipicu oleh pesatnya perkembangan teknologi. Ini berdampak pada
peningkatan produktivitas industri dan membuka peluang bagi pemasok
untuk menghasilkan ragam produk dan jasa yang belum pernah terjadi
sebelumnya. Akibatnya, terjadi pasokan barang secara berlebihan
dibanding permintaan.
Kondisi
tersebut memicu munculnya perang harga sehingga marjin laba menyusut.
Kecenderungan ini seperti ditunjukkan oleh berbagai studi yang dilakukan
di AS. Ketika merek menjadi semakin mirip pada kategori-kategori utama
produk dan jasa, maka ketika itu pula orang semakin cenderung melakukan
pilihan berdasarkan harga.
Pertanyaannya
adakah perusahaan yang unggul dan visioner secara terus menerus serta
berulangkali menciptakan samudera biru?. Kim dan Renee mengatakan bahwa
jika jawabnya tidak ada, maka perusahaan bukan unit analisis yang tepat
guna menelusuri akar kinerja tinggi dan samudera biru. Lantas, yang
sesuai tampaknya adalah langkah strategis, yakni seperangkat tindakah
dan keputusan manajerial yang turut membuat penawaran bisnis unggulan
dan menciptakan pasar.
Kim
dan Renee mempelajari 150 langkah strategis yang diambil perusahaan dan
membentang dari tahun 1880 sampai tahun 2000, serta mencakup lebih dari
30 industri. Menariknya mereka ini tidak hanya menganalisis para
kampiun yang berhasil menciptakan samudera biru akan tetapi juga
menganalisis para pesaing mereka yang gagal. Keduanya dibandingkan untuk
dicari titik temunya serta perbedaan diantara dua kelompok yang
berhasil dan gagal tersebut.
Hasil
dari kerja keras dua orang ini adalah, perbedaan antara dua kelompok
itu tidak terletak pada ciri-ciri industri atau organisasi. Artinya
dalam menciptakan samudera biru, tidak terdapat diskriminasi dan terjadi
di hampir semua industri. Dari aspek pelaku juga tidak terdapat beda
antara yang besar dan kecil, yang tua dan muda, yang teknologi canggih
atau tradisional, manajer muda atau yang tua.
3. Inovasi Nilai sebagai Landasan
Hal
mendasar yang membedakan antara pemenang dan pecundang adalah
pendekatan mereka terhadap strategi. Perusahaan yang terperangkap di
samudera merah adalah mereka yang mengikuti strategi konvensional, yakni
yang berlomba memenangi kompetisi dengan membangun posisi kokoh dalam
tatanan industri yang ada.
Sebaliknya, perusahaan pencipta samudera biru mengikuti logika yang disebut inovasi nilai (value innovation).
Konsep ini berbeda dengan inovasi teknologi. Inovasi nilai ini terjadi
hanya ketika perusahaan memadukan inovasi dengan manfaat (utility),
harga dan posisi biaya. Ini menolak salah satu dogma yang secara umum
diterima dalam strategi berbasis kompetisi, dilema antara nilai – biaya (value-cost tradeoff).
Secara
umum diyakini bahwa perusahaan hanya bisa menciptakan nilai lebih
tinggi bagi pelanggan dengan biaya tinggi atau menciptakan nilai lumayan
dengan biaya yang lebih rendah. Strategi karena itu lebih dilihat
sebagai membuat pilihan antara diferensiasi dan biaya rendah.
Sebaliknya, perusahaan yang berusaha menciptakan samudera biru berusaha
untuk mengejar diferensiasi dan biaya rendah secara bersamaan.
Itulah
yang dilakukan CdS, mengejar diferensiasi dan biaya rendah yang
bertumpu pada inti dari pengalaman hiburan yang diciptakannya. Pada saat
yang sama, sirkus-sirkus lain berupaya membandingkan dengan pesaing,
mengejar pangsa yang telah menciut dengan cara mengerahkan habis-habisan
berbagai pertunjukan sirkus tradisional. Hasilnya dapat ditebak,
melonjaknya biaya yang tidak disertai meningkatnya pemasukan, serta
menurunnya permintaan akan sirkus secara keseluruhan.
Keberadaan
CdS yang unik _bukan sirkus biasa dan bukan produksi teater klasik_
telah membuatnya tidak peduli dengan berbagai upaya yang dilakukan
sirkus-sirkus lain tersebut. CdS menawarkan kesenangan dan kegairahan
lebih besar, kerumitan intelektual, serta kekayaan
artistik dari teater. Jadi CdS meredefinisi batas-batas industri sirkus
dengan mendobrak batasan pasar dari teater dan sirkus.
Daya
tarik sirkus tradisional adalah tenda, badut, aksi-aksi mautnya yang
berdurasi pendek. CdS mempertahankan badut, tapi mengubah humornya dari
yang mengandalkan fisik menjadi lebih intelektual dan memikat. Tenda
dibuat lebih glamour, yang justru mulai diabaikan oleh sirkus lain demi
membayar sewa tanah untuk pertunjukan. Aksi-aksi mendebarkan
dipertahankan namun perannya dibatasi dan dibuat lebih elegan.
CdS
juga menawarkan elemen-elemen non-sirkus, seperti struktur cerita,
musik, serta beragam pentas karya. Semua yang baru bagi sirkus ini
diadopsi dari industri hiburan langsung alternatif bernama teater. Meski
kabur, CdS juga membawakan tema dari pertunjukan Broadway. Pendek kata
CdS menawarkan elemen terbaik dari sirkus dan teater dan mengurangi atau
menghilangkan elemen-elemen remehnya.
Melalui
berbagai langkah tersebut CdS berhasil memangkas biaya, seperti dari
elemen atraksi binatng yang butuh biaya pemeliharaan mahal dan mulai
banyak ditentang keberadaannya oleh para pecinta binatang. Dengan cara
ini CdS menaikkan harga tiket beberapa kali lipat, dengan tetap
mempertahankan harga yang bisa menarik konsumen dewasa, yang telah
terbiasa dengan harga tiket teater.
Gambar-2
Value-Cost Tradeoff
Inovasi
nilai lebih dari sekadar inovasi, karena mencakup integrasi seluruh
sistem untuk menciptakan lompatan dalam nilai bagi pembeli dan bagi
perusahaan. Sebaliknya inovasi proses produksi misalnya, lebih bersifat
subsistem. Meski langkah ini bisa menurunkan struktur biaya untuk
memperkuat strategi cost leadership, pendekatan subsistem demikian jarang berhasil menciptakan samudera biru yang berupa ruang pasar baru.
Asumsi strategi samudera merah yang berbasis kompetisi menyatakan bahwa kondisi-kondisi struktural itu sudah terberi (given)
dan perusahaan dipaksa untuk berkompetisi dalam kondisi tersebut.
Karena itu akademisi di bidang strategi menyebutnya sebagai pandangan
strukturalis atau determinisme lingkungan. Sebaliknya samudera biru
berasumsi bahwa batasan-batasan pasar dan struktur industri tersebut
tidak terberi dan bisa direkonstruksi melalui tindakan dan keyakinan
pelakunya, sehingga pandangan ini disebut rekonstruksionis.
Dalam
samudera merah, diferensiasi membutuhkan biaya mahal karena perusahaan
berkompetisi berdasarkan aturan dan praktik sukes yang sama. Sebaliknya
dalam samudera biru pilihan strategis perusahaan adalah mengejar baik
diferensiasi dan nilai rendah sekaligus. Itulah yang dilakukan CdS,
membongkar tatanan praktik sukses industri sirkus dan mencapai
diferensiasi sekaligus biaya rendah.
Apakah
CdS benar-benar sirkus dengan semua elemen yang dibuang, dikurangi,
ditambah dan diciptakan atau CdS sebuah teater? Kalau teater tergolong
apa genre-nya; pertunjukan Broadway, opera, balet? Tidak
jelas, karena CdS merekonstruksi elemen-elemen lain melampaui
alternatif-alternatif yang pada akhirnya ia adalah gabungan dari
lepingan-kepingan kecil dari semua alternatif tersebut, meskipun pada
saat yang sama ia bukan salah satu dari alternatif itu. Inilah samudera
biru, ruang pasar baru yang diciptakan dan belum ada pesaingnya.
4. Merumuskan dan Menerapkan Samudera Biru
Meski
kecenderungan bisnis menunjukkan tuntutan penciptaan samudera biru yang
terus meningkat, tetapi terdapat keyakinan umum bahwa perusahaan yang
mencoba bergerak melampaui ruang industri yang telah ada memiliki
peluang sukses lebih kecil. Jika tidak memiliki pemahaman tentang
prinsip-prinsip memaksimalkan peluang dan meminimalkan risiko yang
mendorong penciptaan samudera biru, maka hambatan bagi inisiatif
samudera biru akan lebih besar.
Selama ini medan
bisnis berjalan tidak imbang dimana lebih banyak disediakan alat dan
kerangka kerja analitis untuk sukses dalam samudera merah. Selama ini
terus berjalan, maka samudera merah akan terus mendominasi agenda
strategi perusahaan, meskipun pada praktiknya tuntutan bisnis menuntut
diciptakannya samudera biru. Buku ini berupaya mengupas
ketidakseimbangan itu melalui suatu metodologi yang mendukung tesis ini.
Buku ini juga menampilkan prinsip-prinsip dan kerangka kerja analitis
untuk berhasil dalam samudera biru.
5. Kerangka Kerja dan Alat Analisis
Kim
dan Renee dalam buku ini mengembangkan perangkat analisis untuk mengisi
kekosongan utama bidang strategi, yang selama ini telah mengembangkan
alat-alat dan kerangka kerja yang mengesankan untuk bersaing di samudera
merah, seperti lima kekuatan (M.E. Porter dengan five forces-nya).
Perangkat tersebut digunakan untuk menganalisis kondisi-kondisi
industri yang telah ada dan tiga strategi generik yang direkomendasikan.
Namun semua itu adalah ditujukan untuk menganalisis persaingan atau
samudera merah dan bukan samudera biru.
Pertanyaan
penting yang dilontarkan para ahli strategi adalah: Bagaimana anda
melepaskan diri dari samudera merah dan membentuk samudera biru? Untuk
itu dibahas kanvas-kancas strategi, sebuah kerangka kerja analitis yang
penting bagi inovasi nilai dan penciptaan samudera biru.
a. Kanvas Strategi
Kanvas
strategi adalah kerangka aksi sekaligus diagnosis untuk membangun
strategi samudera biru yang baik dan terdiri dua fungsi: Pertama, ia
merangkum situasi terkini dalam ruang pasar yang sudah dikenal. Ini
memungkinkan kita memahami di mana kompetisi saat ini sedang terjadi dan
faktor apa yang sedang dijadikan ajang kompetisi. Semua informasi itu
tergambar dalam grafik, di mana sumbu horizontal mewakili rentang faktor
ajang kompetisi dan investasi oleh industri. Sedang sumbu tegak
menggambarkan tinggi rendahnya faktor-faktor tersebut.
b. Empat Langkah Kerangka Kerja
Kim
dan Renee mengajukan kerangka kerja empat langkah yang bermanfaat dalam
rangka merekonstruksi elemen-elemen nilai pembeli dalam membuat kurva
nilai baru. Untuk membongkar tradeoff antara diferensiasi dan biaya
rendah agar bisa menciptakan kurva nilai baru, maka terdapat empat
pertanyaan kunci guna menantang logika strategi dan model bisnis sebuah
industri.
Gambar-3
Kerangka Kerja Empat Langkah
Pertanyaan
pertama, memaksa kita mempertimbangkan penghilangan faktor-faktor yang
sudah lama menjadi ajang persaingan bagi perusahaan-perusahaan dalam
industri. Pertanyaan kedua, memaksa kita menentuka apakah produk/jasa
yang selama ini dirancang secara berlebihan untuk mengikuti irama
kompetisi dan mengalahkannya, misalnya apakah perusahaan melayani
konsumen secara berlebihan sehingga meningkatkan struktur biaya dan
tidak menghasilkan apa-apoa. Pertanyaan ketiga, mendorong kita untuk
menguak dan menghilangkan kompromi-kompromi yang dipaksakan industri ke
konsumen. Pertanyaan keempat, membantu kita menemukan sumber-sumber
nilai yang sepenuhnya baru bagi pembeli dan menciptakan permintaan baru
serta mengubah pemberian harga strategis industri.
Dari pembahasan dua pertanyaan pertama dapat kita
mendapat pengetahuan tentang bagaimana menurunkan struktur biaya
berhadapan dengan pesaing. Sementara itu dua faktor yang terakhir
memberikan kepada kita pengetahuan tentang bagaimana dapat meningkatkan
nilai pembeli dan menciptakan permintaan baru. Keempat pertanyaan ini
secara bersamaan memungkinkan kira merekonstruksi elemen-elemen nilai
pembeli di spanjang industri-industri alternatif demi menawari pembeli
pengalaman yang sama sekali baru, sambil bersamaan tetap mempertahankan
struktur biaya pada level rendah.
d. Skema Hapuskan, Kurangi, Tingkatkan, dan Ciptakan
Ini
adalah alat analisis pelengkap bagi kerangka kerja empat langkah. Ini
disebut skema hapuskan, kurangi, tingkatkan, dan ciptakan. Skema ini
mendorong perusahaan untuk tidak hanya menanyakan empat pertanyaan dalam
kerangka kerja empat langkah, tetapi juga bertindak berdasarkan keempat
pertanyaan itu menciptakan kurva nilai baru. Melalui pengisian empat
tindakan tersebut akan memberikan empat manfaat utama bagi perusahaan.
Gambar-4
Skema Hapuskan-Kurangi-Tingkatkan-Ciptakan kasus Cirque du Soleil
e. Tiga Ciri Strategi yang Baik
Kasus yellow tail (anggur unik) yang diciptakan Casella Wines dari Australia
dan menembus pasar Amerika serta CdS, menciptakan kurva nilai yang unik
luar biasa untuk membuka samudera biru sebagimana ditunjukkan dalam
kurva dari keduanya.
Begitu
pula kasus Southwet Airlines menciptakan samudera biru dengan mendobrak
dilema pertukaran yang harus dilakukan konsumen antara kecepatan
penerbangan dan hemat serta fleksibilitas transportasi mobil. Southwest
menawarkan transportasi kecepatan tinggi dengan titik tolak fleksibel
dan kerap dengan harga menarik bagi pembeli.
Melalui
bantuan skema di atas (gambar-4), Southwest berhasil mengurangi
faktor-faktor tertentu dan meningkatkan faktor-faktor lain dalam
industri maskapai tradisional, serta tak lupa menciptakan faktor-fakor
baru berdasarkan baru industri alternatif mobil. Southwest mampu manfaat
yang belum pernah ada sebelumnya bagi pengguna jasa udara dan mencapai
lompatan nilai dengan model bisnis berbiaya rendah (Low Cost Carrier).
- Fokus
Setiap
strategi yang hebat memiliki fokus dan suatu profil strategis atau
kurva nilai perusahaan harus dengan jelas menunjukkan fokus tersebut.
Southwest misalnya berfokus pada tiga faktor saja; pelayanan yang ramah,
kecepatan, dan keberangkatan point-to- point (langsung dari kota-kota). Melalui cara ini Southwest mampu bersaing dalam soal harga dengan transportasi mobil.
- Divergensi/gerak menjauh
Ketika
strategi perusahaan dibentuk secara reaktif dalam rangka mengikuti
irama kompetisi, maka strategi itu akan kehilangan keunikannya. Agar
berbeda maka dapat dilakukan melalui skema menghilangkan, mengurangi,
menambah dan menciptakan.
- Moto yang memikat
Sebuah
strategi yang baik memiliki motto yang jelas dan memikat. “Kecepatan
pesawat dengan harga mobil-kapanpun Anda membutuhkannya”. Sebuah motto
yang bagus tidak hanya mampu menyampaikan pesan secara jelas, tapi juga
mengiklankan penawaran produk secara jujur. Profil strategi CdS memenuhi
ketiga hal ini.
f. Membaca Kurva Nilai
Kanvas
strategi memungkinkan perusahaan melihat masa depannya. Untuk itu
perusahaan harus memahami cara membaca kurava nilai. Yang ada dalam
kurva nilai suatu industri adalah banyaknya pengetahuan strategis
terkini dan masa depan sebuah bisnis.
- Strategi samudera biru
Pertanyaan
pertama yang harus dijawab adalah, apakah suatu bisnis layak menjadi
pemenang. Ketika kurva nilai suatu perusahaan atau pesaingnya memenuhi
tiga kriteria; fokus, divergensi, dan motto memikat yang berbicara
kepada pasar, maka perusahaan itu sudah berada di jalan yang benar.
- Perusahaan yang terperangkap dalam samudera merah
Bila
kurva nilai suatu perusahaan bertemu dengan kurva nilai pesaingnya, ini
menandakan perusahaan tersebut cenderung terperangkap dalam samudera
merah kompetisi berdarah-darah.
- Penawaran berlebihan tanpa hasil memadai
Ketika
kurva nilai suatu perusahaan pada kanvas strategi menunjukkan tingkat
yang tinggi dalam semua faktor, maka pertanyaannya adalah; apakah pangsa
pasar dan profitabilitas perusahaan mencerminkan investasi-investasi
ini? Jika tidak, kanvas strategi menandakan bahwa perusahaan mungkin
memberikan pasokan berlebihan pada konsumennya. Untuk melakukan inovasi
nilai perusahaan harus memutuskan faktor mana yang harus dihapuskan dan
dikurangi untuk membangun kurva yang divergen.
- Strategi yang tidak koheren
Ketika
kurva nilai suatu perusahaan terlihat seperti zig zag tanpa pola atau
alasan yang jelas, maka hal itu menandakan bahwa perusahaan tidak
memiliki strategi yang koheren. Strateginya cenderung didasarkan pada
berbagai substrategi yang terlepas sendiri-sendiri.
- Kontradiksi strategis
Kontradiksi
strategis merupakan area di mana suatu perusahaan memberikan penawaran
tingkat tinggi pada satu faktor kompetisi, sementara pada saat yang sama
mengabaikan area-area lain yang mendukung faktor tersebut. Misalnya
menanamkan investasi besar dalam membuat situs internet perusahaan yang
mudah digunakan, tetapi lalai membenahi lambatnya kecepatan situs
tersebut.
- Perusahaan yang didorong secara internal
Dalam
menggambarkan kanvas strategi, bagaimana perusahaan melabeli
faktor-faktor kompetisi dalam industri. Apakah faktor-faktor kompetisi
dinyatakan dalam istilah yang bisa dipahami dan dihargai oleh pembeli,
ataukah dinyatakan dalam jargon operasional. Jenis bahasa yang digunakan
dalam kanvas strategi memberi pengetahuan apakah visi strategis suatu
perusahaan dibangun berdasarkan perspektif luar ke dalam yang didorong sisi permintaan atau sebaliknya yang didorong secara operasional.
g. Merekonstruksi Batasan-batasan Pasar
Terdapat
pola-pola yang jelas untuk menciptakan samudera biru. Terdapat enam
pendekatan dasar untuk membentuk ulang baasan-batasan pasar, yang
disebut oleh Kim dan Renee sebagai Kerangka Kerja Enam Jalan. Kerangka
ini berlaku umum untuk semua sektor industri. Tidak ada yang memerlukan
visi khusus atau antisipasi mengenai masa depan. Semua jalan didasarkan
pada upaya melihat data-data yang sudah dikenal, dari perspektif yang
baru.
Biasanya perusahaan cenderung melakukan hal-hal sebagai berikut yang membuatnya terperangkap dalam strategi samudera merah.
- Mendefinisikan industrinya secara serupa dan berfokus untuk menjadi yang terbaik dalam definisi itu.
- Melihat
industri mereka dari lensa kelompok-kelompok strategis yang sudah
diterima secara umu (sepeti mobil mewah, mobil ekonomis, kendaraan
keluarga) dan berusaha menonjol dalam kelompok strategis tempat mereka
bermain.
- Berfokus
pada kelompok pembeli yang sama, baik pembeli langsung (industri
peralatan kantor), pengguna (industri pakaian), pemberi pengaruh
(industri farmasi).
- Mendefinisikan secara sama cakupan dari produk dan jasa yang ditawarkan oleh industri mereka.
- Menerima begitu saja orientasi fungsional atau emosional dari industri mereka.
- Berfokus
pada titik yang sama pada waktu yang sama _dan seringkali pada
ancaman-ancaman persaingan terkini yang sama_ dalam merumuskan strategi.
Semakin
perusahaan menganut kebijakan konvensional yang sama mengenai bagaimana
mereka berkompetisi, semakin besar konvergensi (titik temu) kompetitif
diantara mereka. Marilah kita telaah cara kerja dari masing-masing dari
keenam jalan ini:
- Mencermati industri alternatif
Perusahaan
berkompetisi tidak hanya dengan perusahaan lain dalam industrinya
tetapi juga dengan perusahaan yang berasal dari industri lain yang
menawarkan utilitas sama. Alternatif lebih luas dari pengganti
(substitusi), karena alternatif mencakup produk yang memiliki fungsi dan
bentuk beda tapi tujuan sama.
- Mencermati kelompok-kelompok strategis dalam industri
Sebuah
samudera biru seringkali bisa diciptakan dengan mencermati
kelompok-kelompok strategis. Ini merujuk pada sekelompok perusahan dalam
suatu industri yang mengejar strategi yang sama. Dalam kebanyakan
industri, perbedaan strategis fundamental diantara pemain dalam industri
hanya dimiliki segelintir kelompok strategis. Kebanyakan perusahaan
lebih berfokus memperbaiki psosisi kompetitifnya dalam kelompok
strategis.
- Mencermati rantai pembeli
Dalam
sebagian besar industri, kompetitor memiliki kesamaan definisi tentang
siapa pembeli sasaran mereka. Tapi dalam praktik ada rantai pembelinya
yang secara langsung atau tidak terlibat dalam keputusan pembelian.
Pembayar mungkin beda dengan pengguna.
- Mencermati penawaran produk dan jasa pelengkap
Hanya
sedikit produk barang dan jasa yang kedap pengaruh. Dalam banyak kasus
produk atau jasa lain mempengaruhi nilai suatu produk dan jasa. Tapi
dalam kebanyakan industri, para pesaing saling bertemu dalam batas-batas
penwaran produk dan jasa industri mereka. Kuncinya adalah
mendefinisikan solusi total yang dicari pembeli ketika mereka memilih
suatu produk atau jasa.
- Mencermati daya tarik emosional atau fungsional bagi pembeli
Kompetisi
dalam suatu industri cenderung berfokus tidak hanya pada konsep umum
mengenai cakupan produk dan jasanya tetapi juga satu dari dua
kemungkinan landasan daya tarik. Namun daya tarik dari sebagian besar
produk atau jasa jarang sekali bersiat intrinsik (melekat pada dirinya).
Misal QB House adalah industri pangkas rambut yang mengubah dari
industrau emosional ke fungsional, sehingga memotong biaya cukup
signifikan.
- Mencermati waktu
Semua
industri tunduk pada trend eksternal yang mempengaruhi bisnis mereka
sepanjang waktu. Lihat saja betapa cepatnya pertumbuhan internet atau
pergerakan global dalam melindungi lingkungan. Mencermati ini semua
dengan perspektif yang tepat akan dapat menunjukkan kepada kita
bagaimana cara menciptakan peluang samudera biru.
Buku strategi samudera biru ini sangat menarik dan merupakan buku how to,
sehingga pembahasannya tidak hanya bersifat filosofis semata akan
tetapi juga dilengkapi dengan langkah-langkah teknis baik dalam
menganalisis, merumuskan, sampai pada implementasinya. Sejak awak buku
ini telah memberikan contoh-contoh kejadian nyata, baik industri yang
sederhana sampai yang rumit. Semua itu sangat membantu bagi para pembaca
yang berasl dari berbagai latar belakang industri yang ingin memahami
dan kemudian mencoba menerapkannya, karena disertai contoh-contih yang
sangat gamblang dan konkrit.
h. Penutup
Ide
yang disampaikan dalam buku ini tidak sepenuhnya baru. Meski istilah
samudera biru itu sendiri baru dalam kancah strategi bisnis, akan tetapi
tidak demikian dengan eksistensinya. Banyak perusahaan telah
melakukannya, jauh sebelum buku ini ditulis dan bahkan contoh-contoh
yang dipaparkan menunjukkan bahwa samudera biru tidak sepenuhnya baru.
Mungkin dapat dikatakan sebagai “anggur lama di dalam botol yang baru”.
Juga penilis buku ini bisa jadi banyak diilhami oleh konsep strategi
yang telah ada sebelumnhya, yakni diferensiasi dan inovasi.
Strategi samudera biru ini juga merupakan kelanjutan dari karya-karya sebelumnya mulai dari strategi adaptasi, lima
kekuatan, arsitekrut stratejik yang cukup monumentasl juga. Namun kesan
yang dapat ditangkap adalah bahwa resep yang disampaikan oleh sangat
umum untuk semua kasus tanpa terkecuali. Bahkan strategi ini diklaim
dapat juga diterapkan dalam kehidupan pribadi. Sebagai strategi sapu
jagad, seperti obat generik kita sebenarnya berhak mengajukan keraguan
kita terhadap kemujarabannya.
Selain
itu, meskipun buku ini telah secara teknis menjabarkan langkah-langkah
yang harus ditempuh perusahaan dalam menciptakan samudera biru atau
ruang pasar baru, akan tetapi keberhasilan praktiknya akan sangat
tergantung pada keahlian atau penguasaan seni manajemen para manajer itu
sendiri. Bagaimanapun implementasi adalah jauh lebih sulit karena
dihadapkan pada berbagai kendala yang terkadang jauh dari perkiraan.
Terlepas dari itu semua buku ini patut dibaca, karena disampaikan dengan
mudah dan cukup cermat.
Menulis disertasi tentang Knowledge Creating Company dan Inovasi pada Perusahaan-perusahaan Batik Skala Menengah dan Besar di Empat Daerah Industri Batik di Jawa.
Diposkan 16th July 2008 oleh Puji Wahono
0 komentar:
Posting Komentar